Dialog #1 – Rasa Syukur Manusia Itu Kecil

“Pernahkah Kau berkontemplasi akan ucap syukur manusia kepada siapapun itu?” Sang Api Raksasa bertanya kepadaku.

“Tentu! Aku selalu berterimakasih kepada siapapun, termasuk Tuhan, ketika aku mendapatkan sesuatu dari mereka, semisal aku diberi hadiah maka aku berterimakasih kepadanya,” jawabku mantap.

“Kau salah besar. Ucap syukur manusia itu tidak lebih dari sebutir pasir dalam gurun semesta dan juga tidak lebih dari sepercik air dari samudera jagad,” tegasnya padaku. Aku tidak terima! Aku selalu mengucap syukur kepada siapapun yang berbaik hati kepadaku, tanpa pandang bulu siapa dia. Lantas aku bertanya dengan skeptis.

“Apa yang Kau maksud, duhai Matahari?”

“Kau mengenal listrik tentunya, kan?”

“Benar. Lalu?”

“Hampir semua manusia di dunia ketika listrik mati, disengaja maupun tidak sengaja, mereka akan menyerapahi perusahaan pembangkit listrik dengan penuh murka. Seakan-akan perusahaan itu telah melakukan dosa besar. Tapi tidakkah mereka, mungkin juga Kau, sadar bahwa setiap kali listrik menyala, tidak ada satupun yang pernah bersyukur? Kecuali ketika momen listrik menyala pascamati. Lagipula, aku yakin sekali perbandingannya mati listrik dan nyala listrik itu tidak sampai 1:9.”

Aku tertegun. Rasanya benar juga yang Matahari katakan. Tapi, tetap saja aku tidak terima dikata belum bersyukur. Lantas aku bertanya, “Bukankah itu analogi yang kurang relevan?”

“Aku rasa itu bisa dijadikan pertimbangan analogi yang tepat kalau Kau berkontemplasi dengan matang. Satu analogi lagi yang mungkin dapat Kau cerna, pernahkah Kau setiap hari berterimakasih kepada Tuhan akan organ pernafasan Kau yang masih berfungsi sehingga Kau saat ini masih bisa bernafas di setiap detiknya? Pernahkah Kau bersyukur akan kelopak mata yang masih selalu berkedip di setiap detiknya? Pernahkah Kau berterimakasih akan kaki, tangan, mulut, telinga, dan semua organ tubuhmu yang masih dapat bereaksi terhadap dunia di setiap detiknya?”

Aku menyerah. Matahari benar. Aku kurang bersyukur. Sangat kurang bersyukur.